belajar untuk masa depan

Sekolah dimana kamu Nak?

28/07/2010 22:43

Tahun pelajaran baru telah 2 minggu dimulai. Kesibukan dan kepusingan orang tua untuk “berburu” sekolah seharusnya telah berakhir. “Kesibukan” berikutnya telah menanti : berburu seragam, buku tulis, dan segala keperluan untuk buah hati tercinta.  Beberapa orang tua yang bekerja kantoran bahkan sengaja mengajukan cuti untuk mengantar dan menemani sikecil yang sedang mulai memasuki dunia barunya di TK/PAUD, SD bahkan di SMP . Setelah mereka merasa nyaman dan terbiasa, barulah peran itu di gantikan oleh pengasuh atau mandiri.

Lain ladang lain belalang, lain orang lain pula nasibnya. Beberapa (mungkin juga banyak) orang tua yang merasa tidak peduli dengan semua itu. Bukan karena tidak sayang dengan si buah hati, namun apa daya keadaan yang memaksa mereka tidak menyekolahkan anak-anaknya. Alasan paling klise adalah : “Maklum kami orang susah, kami bekerja seharian banting tulang, hanya cukup untuk makan hari ini juga. Hari esok bagi kami adalah khayalan, apakah masih ada rezeki Allah yang dapat kami songsong. Masa depan bagi kami adalah impian, indah saat kami terlelap namun pahit pula rasanya saat kami telah terbangun. Pendidikan bagi anak kami adalah barang mewah yang hanya dapat kami tatap dengan penuh gairah”.

Bukankah pemerintah telah menggelontorkan dana trilyunan rupiah untuk membuat pendidikan bukan barang mewah lagi? “Semua itu memang benar, pemerintah telah memperhatikan pendidikan, namun yang terjadi itu hanya berlaku untuk sekolah-sekolah negeri “biasa” yang jumlah dan kapasitasnya sangat terbatas. Kebetulan (tanpa kami sengaja)  anak kami memang tidak “pandai” lha nilai UASBN-nya pas-pasan, bagaimana mau masuk sekolah negeri “biasa” yang terjangkau oleh kantong kami?”. “Tidak diterima di sekolah ini, begitu bunyi pengumuman hasil seleksi. Terpaksa harus sekolah di sekolah “luar negeri” (maksudnya swasta). Walah-walah wong sekolah di dalam negeri aja harus maksain diri kok, masa disuruh sekolah di “luar negeri”. Harusnya yang sekolah di luar negeri yang banyak duitnya dong. Kenapa juga orang-orang kaya yang anak-anaknya memang sudah pinter karena waktu belajarnya lebih banyak, lengkap dengan les privat itu ikut mendaftarkan anaknya di sekolah gratisan begini?” Mereka juga punya hak yang sama untuk ikut mendaftarkan anaknya. Ini kan sekolah dalam negeri yang memang diperuntukkan bagi semua warga negara.

Bagaimana kalau sekolah di Sekolah Terbuka. Gratis tanpa biaya. “Ooo ada juga toh. Memang itu sekolah khusus buat kami?” Tidak juga Sekolah Terbuka diperuntukkan buat semua warga negara yang menginginkan pendidikan namun tidak dapat ditampung di sekolah negeri maupun swasta, baik karena alasan biaya, jarak tempuh dan lain-lain. Sistem belajarnya terbagi dua yaitu tatap muka di Tempat Kegiatan Belajar dan Belajar Mandiri. Di sekolah ini siswa dibimbing oleh guru pamong dan guru bina. Selebihnya harus belajar mandiri. “Bagaimana mungkin anak kami dapat bersaing dengan anak-anak sekolah lain kalau harus belajar secara mandiri?” Itulah tantangan kita bersama ketekunan dan kerja keras (belajar keras) adalah nilai dasar yang harus dimiliki untuk bersaing.  Kalau anak dapat berhasil di sekolah Terbuka mereka punya hak dan harga diri yang sama tinggi dengan anak-anak sekolah reguler lain di tingkatan sekolah yang lebih tinggi nantinya. Disini Ilmu memang harus dicari dan di kejar, bukan sekedar menunggu untuk dibagikan dan ditularkan. “Hmmmm… tambah lagi dong beban anak-anak kami untuk sekedar mengejar ketertinggalan dengan anak-anak lain?” Itu memang inti dari perjuangan hidup. Saat kita merasa tertinggal dan ingin mengejar ketertinggalan, kita memang harus berlari lebih cepat, berkeringat lebih banyak dan pantang menyerah pada keadaan dan rintangan. Tanpa itu semua kita akan tetap terkungkung dalam kubangan. Saat kita berhasil, kita dapat berdiri dengan tegak penuh percaya diri tanpa harus menundukkan kepala karena merasa lebih terhina.

Bangkitlah anak-anak Sekolah Terbuka (SMP Terbuka) jangan pernah menyerah pada keadaan yang selama ini membelenggumu.

Tulisan ini saya persembahkan untuk anak-anak yang bersekolah di SMP Terbuka.

Hit Counter

Back

Topic: Sekolah dimana kamu Nak?

No comments found.

Search site

© 2010 All rights reserved.